Selasa, 29 Mei 2012

Perfect Night

                Sejatinya malam tanpa bintang itu bukan malam yang sempurna untuk dinikmati. Bukan malam yang indah untuk diingat. Karena tak ada cahaya yang terpendar dalam kegelapan. Memang bukan sesuatu yang perlu untuk dipermasalahkan. Tapi itu semua akan terlihat sempurna dengan apa adanya. Banyak hal yang bisa dinanti, bukan sekedar ada atau tidaknya seberkas cahaya. Tapi terasa atau tidak kehadiranya.
                Mungkin kini aku telah kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan apa itu cinta karena aku kini tak ingin lagi mencarinya. Biar dia yang datang padaku untuk menunjukkan keberadaannya. Aku lelah dan pasrah menanti. Ku biarkan hujan menghantam tubuhku, meluruhkan semua luka dihatiku bersama kenangan dan waktu yang terus tertinggal dalam angan masa lalu. Kini aku bukanlah aku yang dulu yang terlalu bodoh dan mendewakan cinta. Aku tak ingin ini semua meguasaiku lagi. Cukup aku menangis meratapi luka disini, dihatiku. Kemarin saja. Karena hari ini aku bangkit dan mulai melangkah dengan harapan baru bersama hati yang lain. Meskipun begitu, aku tetap tak ingin menghapus semua memori yang pernah terjadi, karena itu ku anggap sebagai bingkisan kalbu.
                Biarlah itu semua abadi dalam kalbu, bukan dalam fikiranku. Beranjak dari kesalahan yang sungguh tak ingin ku ulangi. Sakit… sakit ketika aku mengingatnya. Perih… perih ketika aku merasakannya. Namun bahagia… bahagia saat aku merelakannya. Bukankah memang begitu harusnya?? Bukankah memang harus seperti ini jalannya??
                Dan memang karena tak ada lagi selain harus diam yang ku lakukan untuk menghadapimu, demi keutuhan yang ingin ku jaga denganmu. Iya… memang hanya diam yang bisa kulakukan, sama seperti saat kau melukaiku. Aku hanya diam dan merasakan semua luka itu sendiri. Bukan karena aku manusia yang tak dapat merasa kecewa atau meneteskan air mata. Hanya karena aku tak ingin membuat semuanya terlalu rumit dan aku tak ingin lebih jauh menyakiti hatiku sendiri. Karena semakin kau ungkapkan semua rahasia di hatimu, maka semakin hancurlah aku dengan kata-katamu.
                Mungkin memang sulit untuk memahamiku. Tapi akan lebih sulit untuk menanyakan jawabku. Tak sesulit meredam amarahku, karena aku telah luluh dalam pelukmu. Semua ku anggap kau adalah yang terbaik untukku. Aku kini telah buta. Semua warna terlihat sama dalam pandanganku. Namun dalam pandanganmu, itu semua berbeda dan kau berharap untuk bisa menjadi semua warna yang kau lihat. Apa kau rasakan pandanganku penuh derita dan luka?? Apa kau rasakan bibirku tak sanggup ucapkan sepatah katapun untuk memuji kebenaran dirimu yang telah menghancurkan aku?? Kurasa sampai kapanpun kau tak akan mampu merasakannya karena kau hanya bisa merasakan dirimu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar