Penyakit ini
mungkin bisa kapan saja membunuhku.. mungkin besok, hari ini atau detik ini
sekalipun. Selalu ku ingin lupakan semua pedih ini. Cukup kusimpan sakit ini
untukku sendiri. Bukan untuk ku bagi dengan orang-orang disekitarku. Bukan karena
angkuh atau egois seakan mampu berdiri sendiri. Biar aku dan Tuhan yang tau
bagaimana penyakit ini menghancurkan hatiku.
Mencoba menghapus
resah dalam gelisah, melebur perih dalam lelah. Sekejab luluh terkikis hari
demi hari mengganti janji yang tak kunjung terpenuhi. Seperlunya bibir berucap
memohon dalam leburan air mata dalam sujud, berirama lafadz penuh harapan terus
terungkap seiring sejalan dengan waktu. Merasakan sesuatu yang tak pasti orang
lain mampu merasakan sakitnya aku.
Aku yakin tuhan
kini menyembunyikan pelangi yang indah di balik petir dan kilat yang beradu
hebat dengan ombak di samudera. Mungkin saat ini bukan saat untukku tersenyum
dan Tuhan tengah menyiapkan kapan waktu yang tepat untuk ku kembangkan senyum
penuh kemenangan.
Kini aku berada
di puncak rasa sakitku. Rasa sakit yang terpusat di otak. Kupikir inilah saatku
untuk pasrah pada kenyataan. Aku yakin kini waktu tak bisa di kompromi dan
bahkan mungkin Tuhan pun tak peduli. Meski kini aku ucapkan ‘Aku baik-baik
saja, tapi sebenarnya aku merintih menahan perih yang terus beralih dalam
pedih. Aku mohon Tuhan. Bahkan aku belum mampu memberi senyuman pada setiap insan
yang menjadi tokoh dalam panggung kehidupanku.
Asa dalam luka. Itulah
yang kurasa. Aku ingin tapi aku tak mampu. Aku tak ingin berakhir sia-sia dalam
keputus asaan. Aku ingin menjadi orang yang berguna untuk orang lain…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar