Sejatinya
malam tanpa bintang itu bukan malam yang sempurna untuk dinikmati. Bukan malam
yang indah untuk diingat. Karena tak ada cahaya yang terpendar dalam kegelapan.
Memang bukan sesuatu yang perlu untuk dipermasalahkan. Tapi itu semua akan
terlihat sempurna dengan apa adanya. Banyak hal yang bisa dinanti, bukan
sekedar ada atau tidaknya seberkas cahaya. Tapi terasa atau tidak kehadiranya.
Mungkin
kini aku telah kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan apa itu cinta karena aku
kini tak ingin lagi mencarinya. Biar dia yang datang padaku untuk menunjukkan
keberadaannya. Aku lelah dan pasrah menanti. Ku biarkan hujan menghantam
tubuhku, meluruhkan semua luka dihatiku bersama kenangan dan waktu yang terus
tertinggal dalam angan masa lalu. Kini aku bukanlah aku yang dulu yang terlalu
bodoh dan mendewakan cinta. Aku tak ingin ini semua meguasaiku lagi. Cukup aku
menangis meratapi luka disini, dihatiku. Kemarin saja. Karena hari ini aku
bangkit dan mulai melangkah dengan harapan baru bersama hati yang lain. Meskipun
begitu, aku tetap tak ingin menghapus semua memori yang pernah terjadi, karena
itu ku anggap sebagai bingkisan kalbu.
Biarlah
itu semua abadi dalam kalbu, bukan dalam fikiranku. Beranjak dari kesalahan
yang sungguh tak ingin ku ulangi. Sakit… sakit ketika aku mengingatnya. Perih…
perih ketika aku merasakannya. Namun bahagia… bahagia saat aku merelakannya.
Bukankah memang begitu harusnya?? Bukankah memang harus seperti ini jalannya??
Dan
memang karena tak ada lagi selain harus diam yang ku lakukan untuk
menghadapimu, demi keutuhan yang ingin ku jaga denganmu. Iya… memang hanya diam
yang bisa kulakukan, sama seperti saat kau melukaiku. Aku hanya diam dan
merasakan semua luka itu sendiri. Bukan karena aku manusia yang tak dapat
merasa kecewa atau meneteskan air mata. Hanya karena aku tak ingin membuat
semuanya terlalu rumit dan aku tak ingin lebih jauh menyakiti hatiku sendiri.
Karena semakin kau ungkapkan semua rahasia di hatimu, maka semakin hancurlah
aku dengan kata-katamu.
Mungkin
memang sulit untuk memahamiku. Tapi akan lebih sulit untuk menanyakan jawabku.
Tak sesulit meredam amarahku, karena aku telah luluh dalam pelukmu. Semua ku
anggap kau adalah yang terbaik untukku. Aku kini telah buta. Semua warna
terlihat sama dalam pandanganku. Namun dalam pandanganmu, itu semua berbeda dan
kau berharap untuk bisa menjadi semua warna yang kau lihat. Apa kau rasakan
pandanganku penuh derita dan luka?? Apa kau rasakan bibirku tak sanggup ucapkan
sepatah katapun untuk memuji kebenaran dirimu yang telah menghancurkan aku??
Kurasa sampai kapanpun kau tak akan mampu merasakannya karena kau hanya bisa
merasakan dirimu sendiri.